buku_ski_MI_4_siswa by Airo Lah on Scribd
Rabu, 29 November 2017
Sabtu, 25 November 2017
Hijrah Nabi Muhammad Saw ke Kota Thaif
Kota Thaif terletal di sebelah
tenggara kota Mekah. Kota Thaif adalah kota yang sangat bersejarah dalam
perkembangan Agama Islam. Jarak kota Thaif sampai Mekah kurang lebih 65 Km.
A.
Peristiwa Hijrah Ke Thaif
Firman Allah:
ÙˆَÙ‚َالُوا Ù„َÙˆْÙ„َا Ù†ُزِّÙ„َ Ù‡َٰذَا الْÙ‚ُرْآنُ عَÙ„َÙ‰ٰ رَجُÙ„ٍ Ù…ِÙ†َ الْÙ‚َرْÙŠَتَÙŠْÙ†ِ عَظِيمٍ
Artinya :
“Dan mereka berkata: “Mengapa
Al-Qur’an tidak diturunkan kepada seorang besar dari salah satu dua negeri
(Mekah dan Thaif) ini?,” (Qs. Az- Zuhruf:31)
Kota Thaif merupakan salah satu kota
yang diistimewakan oleh Allah Swt. Ayat diatas menerangkan bahwa Kota Thaif
dianggap setara kedudukannya dengan Kota Mekah.
Menurut Thabaqat Ibnu Sa’ad, peristiwa
hijrah Nabi Muhammad Saw ke Thaif terjadi pada Bulan Syawwal tahun kesepuluh
kenabian. Nabi Muhammad Saw pergi ke Thaif ditemani oleh Zaid bin Harisah.
Nabi Muhammad pergi ke Thaif dengan
tujuan untuk mencari bantuan keluarganaya yang ada di Thaif, yaitu Kinanah yang
bergelar Abu Jalil, dan Mas’ud yang bergelar Abu Kuhal, serta Habib.
Setelah Tiba di Thaif, Nabi Muhammad
Saw menuju ke rumah para pemuka Bani Tsaqif yang merupakan orang berkuasa di
daerah tersebut. Kemudian Nabi Muhammad Saw menyampaikan tentang Islam dan
mengajak mereka agar beriman kepada Allah.
Mereka menolak secara mentah-mentah
dan menjawab dengan kasar. Nabi Muhammad Saw bangkit dan meninggalkan mereka.
Nabi berharap agar berita kedatangannya tidak diketahui kaum Quraisy, tetapi
mereka menolak. Mereka justru mengerahkan kaum penjahat serta para budak untuk
menyerang dan melempari Nabi dengan batu. Hal ini mengakibatkan cidera pada
kaki Nabi Muhammad Saw. Zaid bin Haritsah pun berusaha keras melindungi beliau,
tetapi ia sendiri terluka.
Ternyata penduduk Thaif sudah dihasut
oleh Abu Jahal untuk tidak mempercayai Nabi Muhammad Saw. Kemudian Nabi
Muhammad Saw meninggalkan Thaif untuk menghindari kejaran penduduk dengan
kondisi pakaian yang berlumuran darah dan penuh luka. Dengan demikian hijrah ke
Thaif yang bertujuan untuk mendapat bala bantuan dari saudara Nabi dapat
dikatakan tidak berhasil.
B.
sebab-sebab Nabi Muhammad Saw. Hijrah ke Thaif
Penyebab Nabi Muhammad Saw hijrah ke
Thaif di antaranya adalah karena tekanan kaum kafir Quraisy kepada Nabi
Muhammad Saew. Kaum kafir Quraisy semakin sering mengganggu dan menyakiti Nabi
Muhammad Saw. Setelah Khadijah dan Abu Thalib wafat, mereka menganggap tidak
ada lagi orang yang disegani yang meindungi beliau.
Kemudian Nabi Muhammad Saw hijrah ke
Thaif dengan harapan dapat menyebarkan Agama Islam dengan tenang dan damai.
Beliau berharap akan mendapat dukungan dan bantuan dari saudara-saudaranya.
Namun kenyataannya berbeda, beliau justru dihina, diusir, dan dilempari batu
hingga terluka oleh penduduk Thaif, hingga Nabi Muhammad Saw kembali lagi ke
Mekah.
C.
Kesabaran Nabi Muhammad Saw dalam peristiwa Hijrah ke Thaif
Kesabaran Nabi Muhammad Saw selalu di
uji. Pada awalnya beliau mendapatkan ujian harus berpisah dari orang yang
berarti baginya, yaitu Abu Thalib dan Khadijah. Meski dalam keadaan sedih yang
mendalam, namun Nabi Muhammad Saw tetap melanjutkan dakwahnya. Ujian dan cobaan
kembali datang ketika Nabi Muhammad Saw hijrah ke Thaif. Nabi Muhammad Saw
memperoleh perlakuan kasar, hinaan dan pengusiran, bahkan beliau diserang
hingga terluka.
Dalam kondisi tersebut datanglah
Malaikat Jibril. Malaikat Jibril meminta izin kepada Nabi Muhammad Saw untuk
menghukum penduduk Thaif ysng telah berlaku kejam kepada beliau. Namun beliau
menolak. Beliau justru berdo’a “Allahummahdi qawmi fainnahum la ya’lamun”,
artinya: “Ya Allah berilah hidayah kepada kaumku ini, karena sesungguhnya
mereka tidak tahu.”
Bahkan beliau tak lupa mendoakan agar keturunan masyarakat Thaif
kelak menyembah Allah Swt.
Ketika penduduk Thaif menolak
dakwahnya, Nabi Saw, memutuskan untuk kembali ke Mekah. Sebelum sampai di kota
Mekah, beliau beristirahat sambil membersihkan lukanya di suatu perkebunan
anggur milik Uthbah dan Syaibah, anak Rabi’ah.
Setelah Rasulullah Saw sampai di kebun
milik Uthbah bin Rabi’ah, kaum penjahat dan para budak yang mengejarnya
berhenti dan kembali. Tetapi tanpa diketahui ternyata beliau sedang
diperhatikan oleh dua orang anak Rabi’ah yang sedang berada didalam kebun.
Setelah mereka tenang di bawah naungan pohon anggur itu, Rasulullah Saw
mengangkat kepalanya seraya berdo’a
Mendengar do’a Rasulullah Saw, hati
kedua anak lelaki Rabi’ah pemilik kebun itu tergerak. Mereka merasa iba. Mereka
memanggil pelayannya yang bernama Addas dan menyuruhnya mengambilkan buah
anggur, dan memberikannya kepada Rasulullah. Krtika Addas meletakkan anggur itu
di hadapan Rasulullah Saw dan meminta beliau untuk memakannya, Rasulullah Saw
mengulurkan tangannya seraya mengucapkan, “Bismillah.” Kemudian dimakannya.
Addas terkejut mendengar ucpan
Rasulullah. Nabi pun menceritakan bahwa dirinya adalah seorang Nabi yang diutus
Allah untuk menyampaikan Agama Islam seperti halnya Nabi sebelumnya. Seketika itu juga Addas berlutut di hadapan Rasulullah Saw lalu
mencium kepala, kedua tangan dan kedua kaki beliau. Alhamdulillah, Addas masuk
Islam.
Hijrah Para Sahabat Nabi Muhammad Saw Ke Habasah
Penderitaan kaum muslimin karena
disiksa dan dianiaya oleh kaum kafir Quraisy telah menimbulkan kesedihan yang
amat dalam pada diri Nabi Muhammad Saw. Walaupun para sahabat adalah
orang-orang yang sabar dan tabah, namun Nabi Muhammad Saw tetap merasa khawatir
akan keselamatan mereka. Beliau berpikir kaum muslimin perlu pindah untuk
sementara ke negara lain.
A.
Peristiwa Hijrah ke Habasah
Hijrah adalah pindah dari satu tempat
ke tempat yang lain.
Nabi
Muhammad Saw mengetahui bahwa Ashhimmah An-Najasyi, adalah seorang raja dari
Negeri Habasah yang adil dan tidak mau menzhalimi seorangpun. Maka Nabi
Muhammad Saw memerintahkan kaum muslimin agar hijrah ke Habasah.
Peristiwa
hijrah ke Habasah ini terjadi dalam dua tahap:
1.
Hijrah ke Habasah tahap Pertama.
Pada bulan Rajab tahun ke-5 kenabian
serombongan kaum muslimin Mekah berhijrah ke Habasah untuk pertama kali. Dalam
tahap pertama itu rombongan terdiri dari 10 orang pria dan dan 5 orang wanita. Di
antara mereka adalah: Utsman bin Affan bersama istrinya Ruqayyah (putri Nabi
Muhammad Saw), Abu Hudzaifah beserta istrinya Sahlah binti Suhail bin Amr,
Zubair bin Awwam, Mush’ab bin Umair, Abu salamah beserta istrinya yang bernama
Ummu Salamah binti Abu Umaiyyah, Utsman bin Madz’un, Abdurrahman bin Auf.
Rombongan hijrah ini dipimpin langsung oleh Utsman bin Affan. Dalam perjalanan
hijrah ini mereka berangkat secara diam-diam, mereka keluar dari Mekah dengan
berjalan kaki menuju pantai.
Kemudian naik ke sebuah perahu yang
terapung di pelabuhan Shuaibah yang siap mengantarkan mereka menuju ke Negeri
Habasah untuk menghindari kemurkaan dan kebiadaban kafir Quraisy. Di Negerei
Habasah mereka disambut dengan ramah dan penuh persahabatan. Ini adalah pertama
kali ajaran Islam tiba di Afrika. Kemudian Raja Habasah menempatkan mereka di
Negash yang terletak di sebelah utara Propinsi Tigray. Wilayah yang kemudian
menjadi pusat penyebaran Islam di Habasah.
Setelah kurang lebih tiga bulan
menetap di Habasah dan mendapat perlindungan, para sahabat mendapat kabar bahwa
masyarakat Mekah telah memeluk Islam. Maka beberapa sahabat di antaranya Utsman
bin Madz’un kembali ke Mekah. Ternyata kabar yang mereka terima adalah bohong.
Keadaan di Mekah ternyata belum aman, maka mereka kembali ke Habasah bersama
rombongan yang lain. Rombongan inilah yang kemudian termasuk dalam rombongan
hijrah ke Habasah tahap ke dua.
2.
Hijrah ke Habasah tahap kedua.
Hijrah ke Habasah pada tahap kedua ini
dipimpin oleh ja’far bin Abi Talib. Rombongan ini terdiri dari 83 pria dan 18
wanita. Mengetahui hal ini, kafir Quraisy segera mengirimkan utusannya, yaiutu
Amr bin Ash dan Imarah bin Walid menghadap Raja Habasah. Kedua orang itu
meminta agar Raja Najasyi mengusir umat islam dari Habasah.
Permintaan Amr dan Imarah itu ditolak
oleh raja Najasyi dan para sahabat tetap tinggal di Negeri itu hingga Nabi
Muhammad Saw hijrah ke Madinah. Namun tidak semua sahabat kembali berkumpul
dengan Nabi Muhammad Saw. Sebagaian dari mereka memutuskan untuk menetap di
Habasah untuk mengembangkan agama Islam disana. Setelah itu banyak penduduk
Habasah yang memutuskan untuk memeluk Agama Islam.
B.
sebab-sebab Nabi Muhammad Saw Menganjurkan Sahabat Hijrah ke Habasah.
Keadaan kaum muslimin semakin
menyedihkan. Mereka disiksa dan dianiaya oleh kaum kafir Quraisy. Keadaan ini
mentebabkan kesedihan yang amat dalam pada diri Nabi Muhammad Saw. Kekerasan
yang dilakukan kaum kafir Quraisy dan para pemimpin mereka terhadap kaum lemah
dari kaum Muslim ssemakin meningkat. Tidk henti-hentinya mereka disiksa,
diperlakukan dengan buruk, bahkan tidak segan-segan dibunuh oleh kaum kafir
Quraisy. Terutama kum muslimin dari golongan budak atau orang-orang yang
memiliki kedudukan sosial yang rendah.
Rasulullah Saw menganjurkan kaum Muslim
yang tertindas itu untuk hijrah Ke Habasah. Dengan hijrah itu, diharapakan
mereka akan mendapatkan kehidupan yang aman dan damai, sehingga mereka dapat
menjalankan Agama Islam dengan tenang.
Pemilihan Habasah sebagai negeri
tujuan hijrah adalah karena negeri itu mudah dijangkau dengan perahu. Selain
itu Negeri Habasah memiliki tiga raja yang adil dan tidak pernah berbuat
sewenang-wenangnya.
C.
Kesabaran Para Sahabat Nabi Muhammad Saw pada Peristiwa Hijrah ke Habasah
Sekian lama kaum muslimin bersabar menghadapi
kekejaman kaum kafir Quraisy. Jauh dari rasa tenteram dan damai setiap saat
mereka harus menghadapi siksaan, hinaan, dan cacian dari kafir Quraisy. Bahkan
nyawapun menjati taruhan. Sampai pada akhirnya mereka mengikuti perintah Nabi
Muhammad Saw untuk berhijrah ke Habasah.
Hijrah ini merupakan salah satu usaha
dari kaum muslimin untuk meringankan beban dari belenggu kafir Quraisy. Namun
perjalanan yang dilalui oleh para sahabat ke Habasah ini memerlukan keberanian
yang luar biasa. Mereka harus diam-diam keluar dari kota Mekah, agar tidak diketahui oleh kaum kafir Quraisy.
Dengan perasaan tidak menentu mereka mengendap-endap berjalan di malam hari
menuju pelabuhan. Mereka berharap mendapatkan ketentraman dan ketenangan hidup
di negeri hijrah.
Usaha kaum kafir untuk mengganggu
ketenangan kaum muslimin dalam berhijrah tidak berhenti sampai disitu. Utusan
dari kafir Quraisy berusaha mempengaruhi Raja Najasyi agar kaum muslimin yang
berada di Habasah diusir dari negerinya. Namun Allah Swt. Memberikan pertolongan
sehingga Raja Najasyi tidak terpengaruh, sehingga kaum muslimin masih bisa
tetap berada di negeri Habasah. Mereka menghadapi segala resiko dalam
mempertahankan Iman dengan penuh pengorbanan, kesabaran dan ketabahan. Sehingga
Allah Swt akan memberikan ganti surga bagi mereka yang berjuang di jalan-Nya
dengan penuh keikhlasan.
Kepribadian Nabi Muhammad Saw.
A.
Nabi Muhammad Saw Santun Dalam Menyampaikan Kebenaran.
Pribadi Nabi Muhammad Saw merupakan
pribadi yang sempurna. Akhlaknya merupakan akhlak Al-Qur’an. Allah Swt sendiri
mengujinya sebagai orang yang pantas dijadikan teladan bagi seluruh umat
manusia. Oleh karena itu Nabi Muhammad Saw merupakan rahmat bagi seluruh alam.
Nabi Muhammad Saw merupakan seorang
yang sopan dan santun dalam bertutur kata. Beliau jujur dan tidak pernah
berdusta serta luhur budi pekertinya. Beliau tidak pernah membeda-bedakan atau
memandang seseorang dari status sosial, warna kulit, suku bangsa atau golongan.
Beliau selalu berbuat baik kepada siapa saja bahkan kepada orang jahat atau
orang yang tidak baik kepadanya. Nabi Muhammad Saw mempunyai perilaku dan
akhlak yang sangat mulia. Beliau memiliki budi pekerti yang agung seperti
tersebut dalam firman Allah Surah al-Qalam/68:4
Artinya:
“Dan
sesungguhnya Engkau benar-benar berbudi peerti yang luhur” (Qs. Al-Qalam/68:4)
Ketika kaum kafir Quraisy menuduhnya
gila, beliau tidak marah, beliau tetap teguh, tenang dan sabar. Beliau berhasil
dalam berdakwah karena mampu menahan diri ketika menerima celaan dan makian
dari kaum kafir Quraisy.
Allah Swt telah mengutamakan dan
menyempurnakan sifat dalam diri Nabi Muhammad Saw. Sehingga beliau pantas
menjadi teladan semua umat manusia. Nabi Muhammad Saw. Telah terbiasa santun
dalam menyampaikan kebenaran.
Apa
yang dapat kita teladani dari kepribadian Nabi Muhammad Saw?
1.
pertama : santun dalam bicara
Dalam
tutur kata Nabi Muhammad Saw. Selalu mengedepankan kefasihan dan keteladanan.
Tidak berbicara spontan namun penuh dengan persiapan. Nabi Muhammad Saw
terkenal sebagai orang yang paling fasih bacaannya, baik ucapannya dan teratur
penjelasannya.
2.
kedua : santun dalam perbuatan
Nabi Muhammad Saw selalu mengerjakan agar kita bersikap santun
terhadap sesama, saling menghormati dan mengasihi. Beliau mengajarkan kepada
kita untuk memperbanyak sedekah dan membantu terhadap orang yang sedang
mengalami kesulitan serta peduli terhadap penderitaan anak yatim piatu, para
janda yang lemah, dan orang-orang miskin.
3.
ketiga : santun dalam pengambilan
keputusan
Dalam pengambilan keputusan, Nabi Muhammad Saw berpegang teguh pada
petunjuk dari Allah Swt. Beliau tidak pernah salah dalam menentukan sikap
karena beliau adalah orang yang bijaksana dalam segala hal.
4. keempat:santun ketika berhadapan
dengan orang yang membencinya. Meskipun
Nabi Muhammad Saw selalu dihina, dicemooh, dicaci-maki, dianggap sebagai orang
gila, dilempari kotoran, berulang kali ingin dibunuh, namun beliau tetap
pemaaf, tidak pernah ada dendam dalam diri beliau.
Sifat-sifat
mulia yang dimiliki Nabi Muhammad Saw yaitu:
1.
Siddiq
Siddiq artinya jujur dan benar. Nabi Muhammad Saw memiliki sifat
yang jujur dan benar dalam setiap kata dan perbuatan. Sehingga Nabi Muhammad
Saw mustahil bersifat kizib yang berarti berdusta.
2.
Amanah
Amanah artinya terpecaya. Jika satu urusan diserahkan kepadanya
niscaya orang percaya bahwa urusan itu akan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Oleh karena itulah masyarakat Makkah memberi gelaran kepada Nabi Muhammad Saw
dengan gelaran Al-Amin yang bermaksud jujur dan dapat terpercaya, jauh sebelum
beliau diangkat jadi seorang Rasul. Nabi Muhammad Saw muatahil bersifat khianat
yang artinya menghianati amanah yang dipercayakan kepadanya.
3.
Tablig
Tablig artinya menyampaikan. Seorang Nabi dan Rasul berkewajiban
menyampaikan perintah dan larangan Allah Swt. Maka mustahil bersifat kitman
atau menyembunyikan pesan Allah.
4.
Fatonah
Fatonah artinya bijaksana dan cerdas. Mustahil bagi seorang Rasul
itu bersifat baladah atu bodoh
.
B.
Nabi Muhammad Saw Sebqagai Rahmat Bagi
Seluruh Alam
Artinya:
“Dan tidaklah Kami mengutus
kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (Qs.
Al-Anbiya/21:107)
Dengan
jelas Allah Swt telah menyatakan bahwa
Nabi Muhammad Saw diutus sebagai “rahmat bagi seluruh alam semesta”. Agar dapat
menyerap rahmat Nabi Muhammad Saw maka manusia harus menerima dan mengikuti
ajaran beliau.
Nabi
Muhammad Saw mengajarkan tentang persamaan derajat manusia. Beliau juga
mengajarkan agar penyelesaian masalah tidak boleh dilakukan dengan cara
kekerasaan, namun harus dilakukan dengan cara-cara yang damai dan beradab.
Seperti yang telah beliau lakukan ketika akan meletakkan Hajar Aswad pada
tempatnya.
Dengan
bijak Nabi Muhammad Saw berhasil menyele-saikan masalah tentang siapa yang
berhak mengembalikan Hajar Aswad di sudut Ka’bah. Tahukah kamu apa yang Beliau
lakukan saat itu? Meskipun beliaulah yang berhak meletakkan kembali Hajar Aswad
itu, namun beliau tetap meminta para pemuka dan pemimpin kabilah Quraisy ikut
membantu mengangkat Hajar Aswad. Akhirnya para pemuka dan pemimpin kabilah Quraisy
merasa dihormati sehingga mereka semakin bertambah simpati kepada beliau.
Firman Allah Swt surah al-Ahzab/33: 45-46 :
Artinya:
“Wahai Nabi! Sesungguhnya Kami mengutusmu untuk menjadi saksi,
pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, dan untuk menjadi penyeru kepada
(agama) Allah dengan izin-Nya dan sebagai cahaya yang menerangi.” (Qs.
Al-Ahzab/33:45-46)
Berdasarkan
ayat di atas, Maka Nabi Muhammad Saw sebagai Rasul Allah mengemban tugas
sebagai berikut:
1. Syahidan
yaitu menjadi saksi bagi seuruh umat dihadapan Allah Swt. Di hari akhir
kelak.
2. Mubasysyiran yaitu pemberi kabar gembira kepada umat yang beriman,
bahwa mereka kelak akan masuk surga jika menjalankan peritah Allah Swt dan
Rasul-Nya
4. Da’iyan
Ila Allah yaitu penyeru kepada agama Allah Swt agar mau memeluk agama
Islam.
5. Sirajan
Muniran yaitu cahaya Allah yang menerangi umat manusia yan g hidup dalam
kegelapan dengan ajaran Ialam.
Nabi
Muhammad Saw tidak hanya diutus untuk penduduk Mekah. Atau bagi bangsa Arab
saja, namun bagi seluruh umat manusia. Nilai-nilai ajarannya bersifat universal
dan dapat meningkatkan martabat umat manusia.
Langganan:
Postingan (Atom)